Epistemologi Tafsir Kontemporer (Fuad Mustafid, Ed.). Dengan demikian, rekonstruksi pemikiran Islam dan metodologi neomodernisme merupakan keniscayaan yang tidak dapat terelakkan lagi.Al-Attas SN.
Oleh karena itu, diperlukan suatu metodologi yang dapat memberikan sistem teologi, filsafat dan tasawuf yang sesuai dengan situasi zaman dan kondisi masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketertinggalan dunia Islam terjadi karena rigiditas dan finalisasi tesis dalam pemikiran Islam, teologi, filsafat, dan tasawuf. Secara sistematis, pembahasan mengenai pemikiran Fazlur Rahman merujuk pada penjelasan Kuntowijoyo tentang kategori sejarah intelektual yang memiliki tugas membahas latar sosio-historis tokoh, pemikiran yang berpengaruh dan pengaruh pemikiran. Tulisan ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian analisis konten, sehingga tulisan ini juga merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan sumber-sumber primer adalah buku-buku karangan Fazlur Rahman sendiri, serta buku-buku lain yang menuliskan tentang Fazlur Rahman sebagai sumber-sumber sekunder dan pelengkap. Alasan pembatasan ini adalah disebabkan pemikiran Fazlur Rahman begitu komprehensif meliputi segala persoalan dan permasalahan yang bermunculan di kalangan umat muslim pada masanya. Beberapa ide dan pemikiran dari Fazlur Rahman yang dihadirkan adalah mengenai teologi, filsafat, dan tasawuf, serta neomodernisme. Akan tetapi, tulisan ini juga bermaksud sebisa mungkin untuk memberikan penuturan yang koheren, sehingga sedikit banyak tulisan ini juga bersifat interpretatif dan deskriptif. Karena itu, sifat dari tulisan ini lebih bersifat informatif.
Rather than methodically unregulated reformist discourse, I will argue for a strict distinction between the experiential or aesthetic dimension of religion and the normative questions which should be entirely delegated to the domain of the secular philosophy of human rights.Īrtikel ini berusaha untuk memaparkan pemikiran Fazlur Rahman sebagai seorang tokoh pemikiran Islam kontemporer. Furthermore, I will review the unsatisfactory state of the secondary literature which overlooks or conceals Rahman’s problematic aspects, instead uncritically advocating superficial reform. Thus Rahman’s normatively underdetermined method is not only deficient due to its arbitrary character, it also provides a legitimatory source for his violent opponents. To obfuscate this fact, Rahman legitimizes his reformist thought by means of a simple reference to the “present situation” (thesis I) and constructs a viciously circular method (thesis II), which is only able to suggest reasonable solutions to those exegetical questions for which the undefined “present situation” already provides distinct and established answers (thesis III). the pre-reflexive system of values shared by contemporary societies, but without accounting for this. My key observation is that Rahman tacitly employs a normative source other than the Qurʾān, i.e. The first section will contain a systematic reconstruction of Rahman’s reformist method, while the second attempts a systematic review of the major inconsistencies in Rahman’s thought processes. In this paper I will examine the reformist thought of Fazlur Rahman (1919–1988).
0 kommentar(er)
